Kanker otak merupakan salah satu kanker yang cukup umum dan menjadi penyebab kematian terhadap 4200 jiwa di Indonesia pada tahun 2012 menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO). Kanker otak juga menempati urutan ke-10 sebagai penyebab kematian, baik pada pria maupun wanita. Salah satu contoh kasus kanker otak di Indonesia ini dialami oleh seorang anak dari Ibu Maymunah yang bernama Andra.
Andra merupakan anak pertama dari Ibu Maymunah yang lahir pada November 2017 dan saat ini berusia 7 tahun. Andra merupakan salah satu survivor kanker otak medulloblastoma grade IV dan hidrocepalus. Sejak lahir sampai dengan usia 3 tahun, Andra tumbuh sehat dan normal, bisa berdiri, berjalan, dan berlari layaknya anak lain seusianya. Namun, pada tahun 2013 Andra mengalami panas demam dan muntah, cara jalannya pun mulai miring seperti hilang keseimbangan. Gejala tersebut berlangsung sanat cepat sampai akhirnya Andra harus dibawa ke dokter spesialis neurologi dan harus melalui beberapa pemeriksaan. Setelah hasil CT Scan keluar, dokter mendiagnosa ada tumor otak ganas (kanker otak) di bagian cerebellum atau otak kecilnya yang bernama medulloblastoma grade IV dan cairan menumpuk di kepala (hidrocepalus).
Perjalanan Andra Melawan Kanker Otak
Karena hasil diagnosa tersebut Andra harus menjalani operasi segera karena tumor ganasnya sudah hampir menjalar ke batang otak, jika tidak segera dioperasi saat itu Andra dapat terbaring koma. Operasi pertama dilakukan Andra untuk mengangkat tumor ganasnya. Dilanjutkan dengan operasi kedua yang dilakukan seminggu setelahnya untuk pemasangan pompa VP Shunt di kepala yang berfungsi untuk membantu menyedot cairan berlebih di kepalanya. Dikarenakan tumor ganas yang mengandung sel kanker di dalamnya, Andra harus menjalani proses radioterapi selama 30 kali setelahnya.
Pada tahun 2015 Andra kembali harus menjalani operasi lagi karena hidrokel. Seluruh biaya pengobatan Andra ditanggung oleh biaya pribadi seperti tabungan dan pinjaman dari tempat kerja orang tuanya karena pada masa itu belum ada BPJS. Andra sudah menjalani operasi selama empat kali, dan pada Agustus 2017 lalu kondisi Andra tiba-tiba kembali menurun dikarenakan VP Shuntnya yang rusak sehingga harus menjalani operasi perbaikan VP Shunt. Selang VP Shunt yang ada di kepala dan di badannya putus sehingga cairan menumpuk kembali.
Pasca Operasi Pengangkatan Kanker Otak
Karena tumor ganas yang diderita Andra berada di otak kecil yang merupakan pusat keseimbangan, dokter yang menanganinya pasca operasi pengangkatan tumor di tahun 2013 menyatakan bahwa kondisi Andra menjadi seperti bayi lagi yang mana ia tidak bisa duduk, berdiri, dan berjalan sendiri. Dokter yang menanganinya pun mengharuskan Andra untuk terapi rutin sampai sistem motoriknya diharapkan dapat kembali normal. Oleh karena itu, selesai radioterapi Andra harus menjalani berbagai terapi lagi antara lain terapi wicara dan fisioterapi rutin sampai dengan sekarang.
Sudah 4 tahun lamanya Andra berjuang dan semangat menjalani terapi-terapinya secara rutin. Namun, sampai saat ini Andra belum bisa berdiri dan berjalan sendiri lagi. Meskipun begitu, sistem motorik Andra sedikit-sedikit mulai mengalami kemajuan seperti bisa duduk sendiri walaupun terkadang masih goyang dan belum stabil. Selain itu, Andra juga harus rutin kontrol ke dokter spesialis rehab medik dan spesialis mata anak karena pasca operasi di tahun 2013 itu mata Andra menjadi juling dan tidak fokus.
Kondisi Kanker Otak Andra Saat Ini
Terapi-terapi dan kunjungan dokter spesialis yang tidak bisa menggunakan BPJS tersebut membuat Andra terpaksa berhenti untuk sementara waktu karena kondisi finansial keluarga Andra juga sudah tidak mendukung. Padahal menurut dokter dan terapisnya, Andra jangan sampai berhenti terapi karena motoriknya akan dapat mundur kembali.
Meskipun kondisi Andra saat ini belum pulih sepenuhnya, Andra tetap memiliki tekad untuk datang ke TK umum yang terletak di dekat rumahnya. Karena Andra belum mampu untuk berdiri dan berjalan sendiri, aktivitas Andra di sekolah lebih banyak dilakukan dengan duduk di dalam kelas dan walaupun Andra merupakan satu-satunya yang masih harus dipegangi dan dibantu berjalan, Andra tidak pernah merasa tak percaya diri. Andra selalu bersemangat sekolah dan tidak pernah mengeluh sakit selama menjalani pengobatan karena tekad ingin sembuh Andra yang sangat kuat.
Andra adalah salah satu contoh kasus kanker otak yang ada di Indonesia. Untuk mengetahui faktor risiko serta gejala umum kanker otak stadium 2, berikut merupakan penjelasan lebih lanjut tentang faktor risiko dan gejala umum kanker otak stadium 2.
Fakto Risiko Kanker Otak Stadium 2
Di bawah ini merupakan beberapa faktor risiko kanker otak, diantaranya:
- Usia
- Jenis kelamin
- Kejadian kanker sebelumnya
- Radiasi
- Riwayat keluarga dan genetik
- HIV/AIDS
- Paparan infeksi virus dan alergen
- Paparan gelombang elektromagnetik
Gejala Kanker Otak Stadium 2
Pada stadium 1 biasanya gejala yang dialami oleh penderita kanker otak ini masih kurang jelas, dan biasanya baru terlihat jika kanker otak telah memasuki stadium 2. Di bawah ini merupakan gejala kanker otak stadium 2, diantaranya:
- Sakit kepala yang makin sering atau makin parah
- Gangguan penglihatan, seperti pandangan kabur atau penglihatan ganda
- Mual muntah yang tidak jelas penyebabnya
- Susah menjaga keseimbangan
- Kejang-kejang padahal tidak memiliki riwayat epilepsi
- Pendengaran berkurang
Itulah kisah Andra dan hal terkait kanker otak yang perlu kamu ketahui. Mengingat tingginya biaya yang harus dihabiskan untuk menjalani serangkaian pengobatan seperti operasi dan perawatan pasca operasi seperti terapi motorik yang dijalani Andra, kita perlu mewaspadai sakit kepala yang sering terjadi tanpa sebab yang pasti dan segera periksakan ke dokter spesialis.
Ditulis Oleh: Ray
Selain Andra, masih banyak lagi pejuang kanker yang butuh bantuan. Kamu dapat berbagi kasih dan memberikan dukungan kepada penderita kanker yang sedang berjuang dengan cara berdonasi melalui Kitabisa. Bantuan dari kamu akan sangat berarti dan membantu mereka yang membutuhkan loh! Yuk donasi sekarang!